1 Ramadhan 587 H
Penghancuran dan penguasaan kota Asqalan yang merupakan pintu masuk menuju kota Al Quds.
Penghancuran dan penguasaan kota ini dilakukan oleh Shalahuddin Al Ayyubi
sebagai strategi menahan laju kekuatan kaum salib (Nasrani) yang akan merebut
kota Quds. Pada hari penaklukannya Shalahuddin berkata, “Demi Allah
sesungguhnya penghancuran benteng di Asqalan lebih aku sukai walaupun aku harus
kehilangan seluruh anakku, karena penguasaan Asqalan adalah demi kemaslahatan
Islam dan kaum Muslimin.” Sekarang kota itu dikenal dengan nama kota Asduud
di negara Palestina.
9 Ramadhan 222 H
Panglima Al Afsyiin, salah satu panglima perang Khalifah ‘Abbasiyah Al Mu’tasim bin Harun Ar Rasyid, mampu menaklukan kota Albadz, pusat pemerintahan Babak Al Khurmi, setelah melakukan pertempuran dan pengepungan selama dua
tahun penuh. Faktor pemberontakan Babak Al Khurmi yang dimulai tahun 201 H pada
masa Khalifah Ma’mun adalah keinginannya untuk merebut kekhalifahan dari ras Arab yang Muslim untuk ras Faris dan
Majusi. Selain itu merekapun menolak segala bentuk peribadahan seperti Sholat, Saum,
Zakat, haji dan menghalalkan minum Arak dan menghalalkan segala yang diharamkan
oleh Islam.
10 Ramadhan 1393 H
Tentara Mesir mampu menembus terusan Suez dan
menghancurkan benteng Berlif serta menghancurkan kekuatan tentara Israel.
Begitu pula tentara Suriah mampu membebaskan
beberapa wilayahnya dari tangan Israel. Semboyan pasukan pada peperangan
tersebut adalah Allahu Akbar (Allah Maha Besar).
14 Ramadhan 666 H
Pemerintahan Anthakiah didirikan oleh Pangeran Wormandi Buwaihimund pada
tahun 491 H. Kota ini merupakan kota termegah dengan dikelilingi benteng yang
sangat kuat dijaga oleh ribuan pasukan secara bergiliran siang dan malam. Walaupun
kondisinya demikian, kaum muslimin berhasil menaklukan daerah ini
dengan izin Allah SWT dibawah panglima perang Dhahir Bibris. Terhitung empat puluh ribuan mati dan
tertawan dari pihak musuh. Kemenangan ini merupakan kemenangan terbesar setelah
kemenangan Hitthin.
20 Ramadhan 8 H
Rasulullah SAW keluar bersama 10 ribu pasukan perang dari
kaum Muhajirin dan Anshar menuju Makkah untuk membebaskannya dari
kemusyrikan. Faktor keberangkatan beliau disebabkan
penyerangan yang dilakukan kabilah Bani Bakar sekutu kaum Quraisy terhadap
sekutu Rasulullah SAW kabilah Khuza’ah yang berarti pelanggaran terhadap
perjanjian Hudaibiyah yang telah disepakati antara kaum Quraisy dengan Rasulullah
SAW. Usaha ini berhasil dengan gemilang tanpa melalui peperangan. Tatkala Fathul
Makkah itu Rasulullah SAW berdiri dihadapan kaum musyrikin Makkah seraya
berkata, “Menurut kalian apa akan saya lakukan sekarang?” Mereka
menjawab, “Kebaikan, karena engkau adalah saudara yang baik berasal dari
keturunan baik, jika engkau memaafkan kesalahan maka itu harapan kami,akan
tetapi jika engkau membalas dendam maka itu sangatlah wajar karena kami pernah
berbuat jahat kepadamu.” Akhirnya Rasulullah SAW bersabda, “Pergilah,
sekarang kalian bebas, aku hanya ingin mengatakan apa yang pernah dikatakan
saudaraku Yusuf ; tidak ada celaan bagi kalian, semoga Allah mengampuni kalian
sesungguhnya Dia Maha Pengasih.”
25 Ramadhan 658 H
Perang Ain Jalut yang terjadi antara kaum
muslimin dan Tartar merupakan perang yang besar dalam sejarah Islam, hal itu
dikarenakan Tartar mampu menguasai banyak daerah Islam dan menjatuhkan Khilafah
Abbasiyah. Mereka juga berhasil membunuh Khalifah Mu’tashim
Billah di Baghdad pada tahun 656 H/1256 M. Ekspansi Tartar meluas sampai
wilayah Gazza dibawah pimpinan Hulaku. Kemudian Hulaku mengirim kurir meminta
kepada Sultan Mamluki Quds untuk tunduk dibawah kekuasaan Tartar. Permintaan ini
ditolak oleh Sultan Quds karena menunjukan kehinaan dan kelemahan. Lalu beliau
memutuskan untuk menghadapi Tartar dalam pererangan. Maka pada hari Jumat
tanggal 25 Ramadhan 658 H bertepatan dengan 6 September 1260 M bertemulah dua
pasukan besar di wilayah Ain Jalut. Dalam peperangan ini Sultan Quds
mengumandangkan syiar “Wa Islama”, Wahai Allah tolonglah hamba-Mu Quds dari kaum Tartar. Peperangan ini berakhir dengan kemenangan kaum muslimin.
28 Ramadhan 92 H
Kisah kemenangan kaum muslimin pada hari ini
dimulai dengan persiapan Musa bin Nashir dengan pasukan dari Arab dan Barbar
yang jumlahnya mencapai 7 ribu tentara di bawah kepemimpinan Thariq bin Ziyad untuk menaklukkan wilayah Andalus. Maka
berangkatlah Thariq bersama pasukan dengan menyeberangi laut
pada hari Senin tanggal 5 Rajab 92 H dan mereka mampu memenangkan peperangan
menghadapi sekumpulan pasukan Qauth
dalam perjalan menuju ibukota Andalus.
Akan tetapi musuh kembali menghimpun kekuatan dibawah pimpinan Rodrik raja Qauth dengan pasukan sejumlah 100 ribu tentara. Lalu mereka
berjalan menuju selatan untuk menundukkan kekuatan kaum muslimin. Untuk
menghadapi kekuatan musuh yang besar maka dikirimlah pasukan tambahan sejumlah
5 ribu tentara sehingga jumlah pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq berjumlah
12 ribu tentara. Maka bertemulah dua pasukan yang tidak seimbang dari segi
jumlah pasukan di tepian sungai Wadilaka.
Peperangan terjadi selama empat hari dan pada hari keempat pasukan Qauth mampu dikalahkan dengan kerugian yng sangat besar dengan
kehancuran kerajaan mereka. Selain itu kekalahan pasukan Qauth menimbulkan rasa takut di hati pengikut Qauth sehingga mereka melarikan diri ke
pegunungan atau bersembunyi di
dalam benteng. Tidak sampai satu tahun
wilayah Andalus dapat ditaklukan hampir 100% sehingga terbentuklah sebuah
wilayah yang maju dalam ilmu pengetahuan dan peradaban.
ADS HERE !!!