Mungkin kita sudah sering mendengar istilah algoritma. Namun dari manakah kata ini berasal?
Lalu siapakah yang menemukan angka 0? Bagaimanakah sebenarnya kemajuan ilmu hitung-hitungan di zaman kejayaan Islam? Apa saja kontribusi Ibnu Sina, Bapak Kedokteran yang termasyhur itu, terhadap matematika? Jawabannya akan Anda temukan dalam artikel ini.
1.Al-Khawarizm
Sebenarnya nama algoritma diambil dari nama julukan penemunya yaitu
al-Khawarizmi seorang matematikawan muslim yang dilahirkan di Khawarizm,
Uzbekistan.
Al-Khawarizmi (Khawarizm,Uzbekistan, 194 H/780 M-Baghdad, 266 H/850 M). Ilmuwan
muslim, ahli di bidang ilmu matematika, astronomi, dan geografi. Nama
lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi dan di barat ia
lebih dikenal dengan nama Algoarisme atau Algorisme.
Dalam bukunya al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka
0 (nol) yang dalam bahasa arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi
memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar
yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk
menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan
dalam hitungan. Akan tetapi, hitungan seperti ini tidak mendapat sambutan dari
kalangan ilmuwan Barat ketika itu dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan
raqam al-binji (daftar angka arab, termasuk angka nol), hasil penemuan
al-khawarizmi. Dengan demikian angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang
Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi.
2. Al-Kindi
Al-Kindi hidup pada masa penerjemahan besar-besaan karya-karya Yunani ke
dalam bahasa Arab. Dan memang, sejak didirikannya Bayt al-Hikmah oleh
al-Ma’mun, al-Kindi sendiri turut aktif dalam kegiatan penerjemahan ini. Di
samping menerjemah, al-Kindi juga memperbaiki terjemahan-terjemahan sebelumnya.
Karena keahlian dan keluasan pandangannya, ia diangkat sebagai ahli di istana
dan menjadi guru putra Khalifah al-Mu’tasim, Ahmad.
Ia adalah filosof berbangsa Arab dan dipandang sebagai filosof Muslim pertama.
Memang, secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal
dari suku Kindah, salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan. Salah satu
kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum Muslimin
setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada
saat itu. Tetapi, di antara sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai
matematika. Hal ini disebabkan karena matematika, bagi al-Kindi, adalah
mukaddimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukaddimah ini
begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian
dalam filsafat tanpa terlebih dulu menguasai matematika. Matematika di sini
meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni, geometri dan astronomi.
3. Al-Karaji
Di era keemasan Islam, para ilmuwan Muslim memang telah menguasai bidang
hidrologi. Penguasaan di bidang
ini meliputi masalah penyediaan berbagai sarana air bersih, pengendalian
gerakan air, serta penemuan berbagai teknologi hidrologi.
Ilmuwan Muslim pada masa itu telah mampu mengintegrasikan, mengadaptasi dan
memperbaiki teknik irigasi dan metode distribusi air warisan dari keahlian
lokal atau peradaban kuno. Pada
awal abad ke-8 M, peradaban Islam telah menguasai teknologi mesin air.
Hal itu diungkapkan Mohammed Abattouy dalam karyanya bertajuk Muhammad
Al-Karaji: A Mathematician Engineer from the Early 11th Century. Menurut
Abattouy, pengusaan teknologi mesin air di dunia Islam telah melahirkan sebuah
revolusi pertanian yang berbasis pada penguasaan di bidang hidrologi.
Sejarawan sains
modern memandang al-Karaji sebagai ahli matematika berkaliber tertinggi.
Karyanya yang kekal pada bidang matematika masih diakui hingga hari ini, yakni
mengenai kanonik tabel koefisien binomium (dalam pembentukan hukum dan
perluasan bentuk).
Al-Karaji dianggap
sebagai ahli matematika terkemuka dan pandang sebagai orang pertama yang
membebaskan aljabar dari operasi geometris yang merupakan produk aritmatika
Yunani dan menggantinya dengan jenis operasi yang merupakan inti dari aljabar
pada saat ini.
Karyanya pada aljabar dan polynomial memberikan aturan pada operasi
aritmatika untuk memanipulasi polynomial. Dalam karya pertamanya di Prancis,
sejarawan matematika Franz Woepcke (dalam Extrait du Fakhri, traite d’Algèbre
par abou Bekr Mohammed Ben Alhacan Alkarkhi, Paris, 1853), memuji Al-Karaji
sebagai ahli matematika pertama di dunia yang memperkenalkan teori aljabar
kalkulus
Al-Karaji menginvestigasikan koefisien binomium segitiga Pascal. Dia juga
yang pertama menggunakan metode pembuktian dengan induksi matematika untuk
membuktikan hasilnya, ia berhasil membuktikan kebenaran rumus jumlah integral
kubus, yang sangat penting hasilnya dalam integral kalkulus.
4. Al-Batani
Zaman keemasan Islam juga melahirkan pakar-pakar di bidang trigonometri. Mereka antara lain adalah Al-Battani
(850-929), Al-Biruni (973-1050), dan Umar Khayyam. Al-Battani atau Muhammad Ibn
Jabir Ibn Sinan Abu Abdullah dikenal sebagai bapak trigonometri. Ia lahir di
Battan, Mesopotamia, dan meninggal di Damaskus pada tahun 929. Al-Battani
adalah tokoh bangsa Arab dan gubernur Syria. Dia merupakan astronom Muslim
terbesar dan ahli matematika ternama.
Al-Battani melahirkan trigonometri untuk level lebih tinggi dan orang pertama
yang menyusun tabel cotangen.
5. Al-Biruni
Al-Biruni adalah peletak dasar-dasar trigonometri modern. Dia seorang filsuf,
ahli geografi, astronom, ahli fisika, dan pakar matematika. Enam ratus tahun
sebelum Galgeo, Al-Biruni telah membahas teori-teori perputaran (rotasi) bumi
pada porosnya.
Al-Biruni juga memperkenalkan pengukuran-pengujuran geodesi dan menentukan
keliling bumi dengan cara yeng lebih akurat. Dengan bantuan matematika, dia dapat
menentukan arah kiblat dari berbagai macam tempat di dunia.
6. Umar Khayam
Selain itu, tokoh
matematika lain yang tak kalah terkenal adalah Umar Khayyam. Kendati ia lebih
dikenal sebagai seorang penyair, namun Umar Khayyam memiliki kontribusi besar
dalam bidang matematika, terutama dalam bidang aljabar dan trigonometri. Ia
merupakan matematikawan pertama yang menemukan metode umum penguraian akar-akar
bilangan tingkat tinggi dalam aljabar, dan memperkenalkan solusi persamaan
kubus.
7. Ibnu Sina
Seorang tokoh
cendekiawan muslim yang besar di bidang kedokteran, seorang ilmuwan yang magnum
opus-nya berjudul Canon (al-Qanun fi al-Tibb) menjadi buku teks kedokteran di
universitas-universitas Eropa selama lebih dari 5 abad. Selain itu, dia juga
seorang ahli geologi, ahli matematika (termasuk aljabar yang merupakan kesatuan
dari eksponen), ahli fisika, penyair, psikolog, ilmuwan, tentara, negarawan,
dan seorang guru. Lahir di daerah Bukhara, Asia Tengah, pada tahun 981 Masehi.
Bakat dan ketekunannya yang besar mengantarkan menjadi dokter yang diakui
masyarakat Bukhara pada usia17 tahun. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak
Pengobatan Modern”. Dia juga pendiri Avicennian logika dan filosofis dari
sekolah Avicennism, yang berpengaruh pada kaum Muslim dan sekolah pemikir.