Sekarang kita berada di bulan Sya’ban, satu
bulan jelang Ramadhan, bulan paling mulia dengan banyak keistimewaan di
dalamnya. Ini ditandai dengan peristiwa-peristiwa penting yang berlangsung
dalam bulan Ramadhan seperti nuzulul Qur’an dan sebagainya. Namun di bulan Sya’ban juga terjadi beberappa peristiwa dan momen-momen yang selayaknya
diperhatikan, direnungkan, dan diperingati serta diambil hikmahnya. Berikut 7 Fakta Menarik merangkum 7 kejadian penting
di bulan ini.
1. Pemindahan Kiblat
Di
bulan Sya’ban terjadi peristiwa pemindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke
Ka’bah. Rasulullah Saw sangat menantikan peristiwa ini. Setiap hari beliau
memandang dan menengadahkan wajah ke langit menanti wahyu, sampai Allah Swt
mewujudkan harapannya, memberikan impiannya, dan meluluskan permintaannya
dengan anugerah yang membuat beliau senang. Pada saat itu turunlah Firman Allah
Swt:
“Sungguh
Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka niscaya Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram, Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.”
(QS. Al-Baqarah: 144)
Abu
Hatim al-Basati berkata:
“Orang
Islam shalat menghadap Baitul Muqaddas selama 17 bulan 3 hari persis. Hal ini
bisa diketahui dengan kedatangan Nabi Saw di Madinah adalah hari Senin tanggal
12 bulan Rabi’ul Awal, sedangkan Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan beliau
untuk shalat menghadap ka’bah hari selasa pada saat Nisfu Sya’ban.”
2.
Malam Nisfu Sya'ban
Dari
Abi Hurairah ra dari Nabi Muhammad SAW bersabda maksudnya : "Telah
datang Jibril a.s pada malam Nisfu Syaaban dan dia berkata , Ya Muhammad,pada
malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka, maka berdirilah dan
kerjakan shalat lalu angkatlah kepalamu dan kedua tanganmu ke langit !"
Kata saya (Nabi Muhammad): "Hai Jibril, apakah Arti malam ini ?" Dia
(Jibril) menjawab: "Pada malam ini telah dibuka 300 pintu rahmat, maka
Allah telah mengampuni orang-orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu
kecuali ahli sihir, bomoh hitam, orang-orang yang suka permusuhan/pergaduhan,
peminum arak, orang-orang yang berbuat zina, pemakan riba, orang-orang yang
derhaka kepada kedua orang tua, orang-orang yang suka mengadu domba (batu api)
dan orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu
tidak akan diampuni kesalahannya sehingga mereka mahu bertaubat dan tidak akan
mengulang lagi atas perbuatannya itu." Maka pergilah Nabi Muhammad SAW
untuk mengerjakan shalat serta menangis di dalam sujudnya dengan membaca :
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu dan murka-Mu
dan aku tidak menghitung-hitung pujian kepada-Mu, sebagaimana Engkau memuji
kepadaMu sendiri, maka segala puji bagi-Mu sehingga Engkau ridha." (Dikutip dari Kitab Zubdatul Wa'idzin)
3.
Peperangan Bani Mustaliq (Muraisi’)
Bani
Mustaliq ialah salah satu suku dari kaum Yahudi. Mereka telah merancang untuk
membunuh Rasulullah SAW dan berita ini disampaikan kepada Rasulullah SAW oleh
seorang sahabat dari suku Badui. Peristiwa ini terjadi pada bulan Sya'ban, 5H.
Pasukan kaum muslimin dapat melumpuhkan pasukan Bani Mustaliq. Sebagian pasukan
Bani Mustaliq ada yang ditawan, termasuklah salah seorang putri pemuka Bani
Mustaliq yaitu Barrah, yang nama lengkapnya adalah Barrah binti al-Harris bin
Dirar bin Habib bin Aiz bin Malik bin Juzaimah Ibnu al-Mustaliq. Al-Harris bin
Dirar, ayah Barrah adalah pemimpin Bani Mustaliq. Barrah telah menjadi tawanan
perang milik Sabit bin Qais. Disebabkan Barrah ini seorang perempuan yang
cerdik, ia meminta untuk dibebaskan dari Sabit bin Qais, setelah diadakan
pembicaraan, Sabit bin Qais meminta tebusan yang mahal. Tetapi, Barrah waktu
itu langsung menemui Rasulullah SAW untuk membicarakan masalah tebusan bagi
dirinya. Kemudian Rasulullah SAW pada waktu itu menyetujui membebaskan Barrah
dan menebusnya dari Sabit bin Qais dan terus menikahi Barrah dan Rasulullah SAW
mengganti nama Barrah menjadi Juwairiyah. Tindakan Rasulullah SAW ini telah
memberi banyak faedah kepada umat Islam ketika itu, diantaranya ialah ramai
dikalangan Bani Mustaliq yang memeluk Islam dan terpadamnya dendam permusuhan
di antara umat Islam dan Bani Mustaliq. Juwairiyah meninggal dunia pada tahun
56H.
4. Pelaporan
Amal
Salah
satu keistimewaan bulan Sya’ban yang telah maklum adalah pelaporan amal di
dalamnya. Pelaporan amal ini merupakan pelaporan yang besar dan luas.
Keterangannya telah ada dalam hadits riwayat Usamah bin Zaid -radhiyallahu
‘anhuma-, ia berkata:
. .
. . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا
مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ. قَالَ: ذَاكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ
النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ
الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا
صَائِمٌ (قَالَ الْمُنْذِرِيُّ: رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)
. .
. .“Saya berkata: “Wahai Rasulullah! Saya tidak melihat anda berpuasa pada
suatu bulan dari beberapa bulan seperti hanya puasa anda di bulan Sya’ban.
Beliau bersabda: Sya’ban adalah bulan yang dilupakan orang-orang di antara
bulan Rajab dan Ramadhan. Ia adalah bulan yang di dalamnya amal-amal dilaporkan
kepada Tuhan semesta Alam, dan aku senang amalku dilaporkan dalam kondisi
diriku berpuasa.” (Al-Mundziri berkata: “An-Nasai meriwayatkan hadits tersebut”.
Saya katakan: “ Dan Imam Ahmad meriwayatkannya dalam kitab Musnadnya”.)
Pelaporan
amal ini tidak khusus terjadi di bulan Sya’ban saja. Telah diriwayatkan
beberapa hadits yang menunjukkan banyaknya pelaporan amal pada waktu yang
berbeda-beda, dan tidak ada pertentangan di dalamnya. Sebab, setiap
masing-masing pelaporan amal memiliki hukum yang berkaitan dengannya.
5. Takdir Umur
Dalam
bulan Sya’ban ditakdirkan umur manusia. Maksudnya adalah melahirkan dan
menampakkan takdir ini. Sebab bila bukan begitu, maka sungguh
perbuatan-perbuatan Allah Swt tidak terbatasi dengan waktu maupun tempat.
Dalam
hadits Sayyidah ‘Aisyah -radhiyallahu ‘anha- telah diriwayatkan:
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ.
قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَيْكَ أنْ تَصُومَهُ
شَعْبَانُ؟ قَالَ: إنَّ اللهَ يَكْتُبُ فِيهِ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مَيْتَةً تِلْكَ
السَّنَةَ, فَأُحِبُّ أنْ يَأْتِيَنِي أجَلِي وَأنَا صَائِمٌ. (رَوَاهُ أبُو
يَعْلَى، وَهُوَ غَرِيبٌ وَإسْنَادُهُ حَسَنٌ)
“Sungguh Nabi Saw telah memuasai bulan Sya’ban
seluruhnya. ‘Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah bulan yang paling
membuat senang untuk anda puasai adalah bulan Sya’ban?” Beliau menjawab:
“Sungguh dalam bulan Sya’ban Allah telah memutuskan kematian bagi setiap
manusia, maka aku senang ajalku tiba (diputuskan) di saat aku dalam kondisi
berpuasa.” (HR. Abu Ya’la, hadits ini adalah hadits
gharib, dan sanadnya hasan)